Fri. Apr 19th, 2024

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Better Choice For Better Teacher

Hack forumu

LAPORAN WORKSHOP : KURIKULUM BERWAWASAN PLURALISME

3 min read

Pendahuluan

Pendidikan  adalah  merupakan  suatu  proses  pemanusiaan  manusia,  dan kaitan dengan hal itu  hakekat kehidupan plurallistik bertumpu pada adanya “social reproduction”, dalam arti apa yang dilaksanakan didunia pendidikan dimasa kini, akan  berbuah dimasa  mendatang.  Bila pendidikan  mengajarkan  sopan  santun  kelak akan  muncul  anak  yang  sopan  dan  santun,  bila  pendidikan  mengajarkan  kekerasan kelak  akan  terlahir  generasi-generasi  anarkis,  dan  begitu  pula  bila  pendidikan menanamkan jiwa pluralistik dan multikulturallisme,  kelak akan lahir manusia saling memahami,  menghormati,  dan  menghargai  eksistensi  masing-masing  dalam kehidupan damai dan demokratis.

Munculnya  berbagai  masalah  dan  isu-isu  lokal  maupun  global    seperti pelanggaran  HAM,  fenomena  kekerasan,  terusiknya  perdamaian  antar  warga maupun  etnik  dengan  latar  belakang  yang  berbeda  menyadarkan  dan  sekaligus mengharuskan dunia pendidikan menemukan sistem dan visi yang relevan   Indonesia  sebagai  suatu  bangsa  yang  mempunyai  keragaman  budaya  yang diikat  dalam  semangat “Bhineka Tunggal Ika”, dituntut untuk mampu  mengelola keragaman  atau  pluralistik  itu  secara  baik,  dan  pengelolaan  keragaman  secara  baik akan  bisa  memunculkan  kondisi  yang  dapat  memberi  kontribusi  kondusif  secara optimal dalam usaha memperkokoh dan memperkuat semangat kebangsaan dalam bingkai ”Bhineka Tinggal Ika”. Hal tersebut dimaksudkan sebagai pernyataan dan semangat  bangsa  Indonesia  yang  menjunjung  tinggi  perasatuan  meskipun  negara dan  bangsa  Indonesia  terdiri  dari  keragaman  yang  begitu  kompleks.  Dengan demikian meskipun  disadari  keragaman  budaya  yang  kompleks,  dalam  kenyataan kehidupan  bangsa  Indonesia,  kesemua  itu  dapat  dirangkum  dalam  kesatuan  yang kokoh dan teguh.

Dalam  perkembangan  perjalanan  sejarah  bangsa  pernah  terjadi  bahwa keragaman  etnik  dan  pluralisme  budaya  dianggap  tabu  untuk  masuk  kedalam domain  publik.  Negara  menjadi  represip  untuk  mengakui  dan  menghargai keragaman budaya, dimana isu SARA  menjadi  momok dan harus dipendam, dan hal itu  menyebabkan  menjadi  laten  dan  sensitive.  Kehawatiran  tersebut  akhirnya terbukti  dengan  munculnya  berbagai  konflik  diberbagai  belahan  nusantara.  Konflik muncul  dari  minimnya  kesadaran  tentang  pluralitas,  keragaman  maupun multikulturalisme  di  tengah  komunitas  masyarakat.  Bias  konflik  melebar  sampai membawa  keterpurukan  diberbagi  sektor  pembangunan,  minimnya  semangat kebangsaan,  hilangnya  kepekaan  moral,  dan  emosi  antar  sesama.  Seolah  –olah semua  mencabik  identitas  dan  integritas  bangsa,  padahal  disisi  lain  intergritas bangsa adalah jaminan mutlak dalam membangun bangsa yang besar. Pembangunan sesuatu  bangsa  akan  bisa  berlangsung  secara  berkesinambungan    apabila  bangsa tersebut  mempunyai  semangat  kebangsaan  yang  tinggi  dengan  tidak mengedepankan  perbedaan  dan  wawasan  secara  sempit.  Semangat  kebangsaan itulah  yang  perlu  diusung,  bukan  semangat  yang  cenderung  bercorak  fanatisme sempit.  Pilihan  yang  paling  tepat  untuk  itu  adalah  memperkuat  kesadaran pluralism dan multikulturalisme  dengan  mengasah  kesadaran  untuk  saling  menghormati, mengakui, dan menghargai sebagai sesama warga bangsa

Disinilah  fungsi  semua  jenis  lembaga  pendidikan  (informal,  nonformal,  dan formal)  dapat  memberikan  peran  maksimal  bagi  satu  komunitasnya  untuk tumbuhnya  kesadaran  pluralism dan multikulturalisme  secara  lebih  luas.  Mengajarkan  tentang pentingnya  menghargai  dan  memahami  kelompok-kelompok  etnik  dan  budaya  lain serta  keragaman  kultural  dalam  mayararak  Indonesia  dan  masyarakat  dunia  yang melahirkan  peserta didik  yang  melek  multikultural.  Sekolah/kampus  yang juga institusi  sosial mempunyai  tanggung  jawab  dalam  membentuk  anak-anak/mahasiswa  melek multikultural  dan  mengkonsepsi  secara  sistemmatik  terprogram  dan  kontinyu. pluralisme dan multikulturalisme  dapat  dijelaskan  sebagai  suatu  pemahaman,  penghargaan,  dan penilaian atas budaya seseorang, sebuah penghormatan dan keingin tahuan tentang budaya  etnik  lain,  bukan  dalam  artian  menyetujui  seluruh  aspek  kebudayaan.

Melihat realitas tersebut Program Peningkatan Kualifikasi S-1 Guru Madrasah dan PAI Di Sekolah Melalui Dual Mode System STAIN Salatiga memandang perlu untuk menyelenggarakan program Workshop Bagi Dosen untuk menyusun kurikulum berwawasan pluralisme.

 Dasar Hukum

  1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional;
  2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi;
  3. Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 1997 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN);
  4. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 122 Tahun 1988; jo. No. 232/1991, jo. No. 392/1993, dan No. 285/1997;
  5. Keputusan Menteri Agama Nomor 135 tanggal 8 Oktober Tahun 2008 tentang STATUTA STAIN Salatiga.

 Tujuan

  1. Membekali dosen untuk dapat menyusun kurikulum berwawasan pluralisme.
  2. Mengantarkan dosen agar melakukan upaya proaktif dalam mengembangkan, mengasah dan mengembangkan karakter guna meningkatkan kapasitas kompetensi mahasiswa agar memahami pluralitas dan multikulturalitas.

 Peserta

Peserta Workshop ini adalah Dosen pada program peningkatan kualifikasi S-1 Guru Madrasah Ibtidaiyah  dan PAI di sekolah melalui dual mode system. Daftar peserta dapat dilihat dalam lampiran.

 Pemateri

Dr. Nafis Junalia, MA (IAIN Walisongo Semarang)

Dr. Yusac B. Setyawan (Dosen UKSW Salatiga)

 Materi dan hasil sidang komisi

Terlampir

 Pelaksanaan

Workshop ini dilaksanakan pada:

Tanggal          : 24-25 Oktober 2012

Pukul               : 08.00 – 17.00 WIB

Tempat            : Hotel Banaran, Bawen Kab. Se,marang

 Penutup

Demikian laporan ini disusun, semoga menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, kritik dan saran membangun senantiasa diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Salatiga, 5 Desember 2012

Ketua Pengelola

Suwardi, M.Pd

NIP. 19670121 199903 1 002

Fakultas Tarbiyah | Newsphere by AF themes.
Hack forumu